1.1 Tujuan dari Mata Kuliah Matematika
1.1.1. Agar mahasiswa memahami berbagai konsep himpunan, relasi, dan fungsi serta menguasai konsep dasar logika, seperti proposisi dan tebel kebenaran.
1.1.2. Agar mahasiswa memahami konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, sehingga mahasiswa memiliki pandangan yang lebih luas dan mampu mendekati permasalahan dengan landasan yang lebih komprehensif.
1.2 Tujuan dari Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu alamiah sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam atau Ilmu Kealaman. Ilmu alamiah dasar merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk bumi ini sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
1.2.1. Memperkenalkan Konsep – Konsep Dasar IPA.
Konsep-konsep dasar IPA seperti biologi, fisika, dan kimia, konsep-konsep tersebut penting dan saling berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, konsep biologi mempelajari tentang kehidupan makhluk hidup yang didalamnya termasuk manusia sebagai salah satu objek, selain itu biologi pun mempelajari bagian-bagian organ manusia. Konsep kimia mempelajari zat-zat kimia yang dapat memengaruhi tubuh kita dan bagaimana hal tersebut dapat memberi efek pada perilaku kita sebagai makhluk sosial.
1.2.2. Memberikan Wawasan Pengetahuan, Pengertian, dan Apresiasi terhadap Obyek dan Cara Pemikiran serta Cara Pendekataan dalam IPA dan Teknologi.
Mempelajari ilmu alamiah dasar dapat memberikan wawasan mengenai cara pemikiran dan pendekatan pada Ilmu Pengetahuan Alam yang didalamnya terdapat ilmu-ilmu yng kita pakai sehari-hari.
1.2.3. Memberikan Bekal untuk Memanfaatkan Bahan dan Cara Pemikiran, Cara Pendekatan, serta Hasil – Hasil dalam IPA dan Teknologi.
Hal ini berarti kita akan mendapat bekal bagaimana cara memanfaatkan ilmu-ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya dalam ilmu kimia kita dapat mengetahui efek bahan kimia apa yang dapat berpengaruh terhadap tubuh kita dan pengaruhnya pada psikis kita.
1.2.4. Mengembangkan Interaksi yang Selaras antara Disiplin – Disiplin Ilmu Eksakta dan Non-Eksakta.
Ilmu eksak dan non eksak tentu saling berpengaruh, ilmu eksak seperti biologi dan non eksak seperti sosiologi saling memengaruhi. Psikologi, misalnya orang yang sakit fisiknya (biologi) akan memengaruhi kondisi psikologinya.
1.3 Tujuan Mata Kuliah Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar dipelajari di Perguruan Tinggi
Tujuan Matematika & Ilmu Alamiah Dasar dipelajari di Perguruan Tinggi agar mahasiswa mampu berpikir secara rasional. Setiap mahasiswa harus mampu berfikir rasional atau masuk akal baik secara logika maupun secara alamiah agar mampu menggambarkan suatu konsep kebenaran berdasarkan perkembangan zaman baik dari teknologi maupun pengetahuan alam disekitarnya.
Selain itu, tujuan diberikannya mata kuliah Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar untuk mengembangkan kepribadian atau cara berfikir seorang individu untuk mengetahui gejala alam disekitarnya baik secara verbal maupun non-verbal, atau secara materil ataupun non-materil. Hal ini dimaksudkan agar keterkaitan antara alam dan teknologi disekitar yang akan mengembangkan pola fikir seorang individu itu sendiri mampu dipahami secara benar dan dapat dimanfaatkan secara rasional. Zaman modern seperti sekarang ini banyak perkembangan yang secara global dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan, jadi secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ini dapat menambah suatu wacana untuk berfikir secara logika, realistis, masuk akal, dan mampu berpikir alamiah.
Tujuan lainnya ialah agar setiap mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Ilmu Alamiah Dasar dan Mayematika ini agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari baik secara logika maupun alamiah. Tentu ini sangat berguna, khususnya mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Maka dari itulah Matematika & Ilmu Alamiah Dasar ini di berikan di Perguruan Tinggi. Meskipun, setiap mahasiswa tidak semuanya berlatar belakang dari jurusan ilmu alam, tetapi secara mendasar mereka pasti memiliki pengetahuan dasar dari ilmu alamiah. Setiap ilmu, pada dasarnya tidak harus didapatkan dalam pendidikan formal, tetapi dalam pendidikan informal-pun bisa kita dapatkan.
2. Kucing Himalaya atau Persia Himalaya
Kucing Himalaya dikenal di benua Eropa sekitar tahun 1950-an dengan nama “Colourpoint Persian”. Kucing Himalaya merupakan persilangan antara kucing ras Persia dengan ras Siamese. Pada saat ini, kucing Himalaya sudah dimasukkan ke dalam ras yang berbeda dengan ras Persia oleh TICA ( The International Cat Assosiation ). Namun, masih banyak orang maupun peternak kucing yang masih menganggap kucing Himalaya merupakan ras Persia dengan versi warna lain.
Kucing Himalaya memiliki ciri khas yang sangat identik dengan warna coklat/abu-abu/krem di bagian sekitar muka, telinga, ujung kaki dan ekornya. Kucing jenis ini juga mempunyai mata yang biru, tubuh gemuk, bulu yang panjang serta kaki yang pendek sehingga menyulitkan nya untuk melompat. Namun, ada juga kucing Himalaya yg mempunyai kaki yang panjang. Berdasarkan bentuk wajah, kucing Himalaya dibedakan menjadi 2, yaitu Himalayan Doll Face yang jika dilihat dari samping tidak terlalu pesek dan Himalayan Ultra Face yang jika dilihat dari samping sangat pesek, seperti datar.
Kucing Himalaya merupakan kucing yang pintar, tenang, manis dan sangat bersahabat. Kalian akan jatuh cinta jika melihat muka lucunya dan mata bulatnya jika menatap kalian meminta makanan.
Kucing Himalaya juga bukan tipe kucing yang sangat manja, namun itu semua akan berubah jika kucing ini hamil atau akan melahirkan. Jika kucing Himalaya akan melahirkan, ia akan menjadi manja kepada manusia. Tak hanya manusia, ia akan menjadi manja juga kepada kucing lain, meskipun dulunya kucing itu adalah musuhnya. Mungkin hanya beberapa persen saja kucing Himalaya yang proses melahirkannya masih dibantu oleh manusia. Karena, terkadang kucing jenis ini sulit untuk ‘memakan’ ari-ari anaknya. Berbeda dengan kucing kampung yang sangat sigap.
3. Legenda Puser Bumi di Gunung Jati Cirebon
Puser Bumi atau yang biasa dikenal dengan sebutan bahasa jawa Wudel Lemoh adalah tempat legenda di atas puncak Gunung Jati. Gunung Jati yang terletak di sebelah timur dari komplek wisata jiarah makam Sunan Gunung Jati ini penuh dengan cerita legenda.
Menurut warga sekitar, bahwa puser bumi ini merupakan sebuah pku yang menancap di atas permukaan bumi agar keseimbangan bumi dapat terjaga. Konon menurut warga sekitar juga, sejarah berdirinya bukit yang juga bisa disebut Gunung Sembung/Gunung Jati ini bermula dari Sunan Gunung Jati yang mendengar cerita dari warga nelayan sekitar susah untuk kembali ke daerahnya. Karena tidak ada penanda daratan, jika hendak pulang setelah melaut. Maka Sunan Gunung Jati pun pergi ke puncak Gunung Ciremai untuk mengambil pucuk dari Gunung Ciremai tersebut. Setelah sampai di sana, Sunan Gunung Jati mengambil satu genggam tanah dari Gunung Ciremai lalu disimpannya dalam kain. Setelah kembali ke Gunung Jati, lalu tanah dari pucuk Gunung Ciremai diletakkannya di pinggiran laut, sehingga tumbuhlah pesisir laut itu menjadi sebuah bukit yang biasa dikenal dengan sebutan Gunung Sembung (Gunung Sambungan) atau Gunung Jati yang penuh dengan pohon jati. Puser bumi yang terletak di puncak Gunung Jati tersebut konon memiliki sambungan penyeimbang, antara Gunung Jati dengan Gunung Ciremai. Agar setiap kali terjadi gempa bumi, daerah Cirebon dan sekitarnya tidak mengalami gempa yang serius.
Syekh Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi. Syekh Datuk Kahfi yang bernama asli Idholfi Mahdi merupakan keturunan dari Syekh Datuk Ahmad.
Syekh Datuk Kahfi lahir di Semenanjung Malaka. Setelah beranjak dewasa pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu dan berhaji. Syekh Datuk Kahfi kemudian pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah serta mempunyai putra putri. Kemudian Syekh Datuk Kahfi diutus oleh Raja Bagdad untuk berdakwah di tanah Jawa.
Syekh Datuk Kahfi berangkat bersama rombongan dari Bagdad sebanyak sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati. Rombongan ini diterima Penguasa Pelabuhan Muara Jati (Pelabuhan Cirebon), Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati sekitar 1420 M. Syekh Datuk Kahfi mendapatkan izin dari Ki Gedeng Tapa untuk bermukim di daerah Pesambangan, di sebuah bukit kecil yang bernama Giri Amparan Jati. Di tempat baru tersebut, Syekh Datuk Kahfi mulai berdakwah mengajak masyarakat untuk mengenal dan memeluk agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orang-orang berdatangan dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan tulus ikhlas. Semakin hari semakin banyak orang yang menjadi pengikut Syekh Datuk Kahfi. Dalam interaksinya dengan masyarakat sekitar, akhirnya Syekh Datuk Kahfi menikah dengan Hadijah. Hadijah adalah cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari Jawa Barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh), janda dari seorang saudagar kaya raya yang berasal dari Hadramaut. Dengan pria tersebut Hadijah tidak dikaruniai putra, namun setelah pria itu meninggal dunia, Hadijah memperoleh seluruh harta warisan dari suaminya. Setelah suaminya meninggal , Hadijah bersama kedua orang tua nya pulang ke Kerajaan Galuh dan menetap di Dukuh Pesambangan. Harta warisan tersebut digunakan Hadijah bersama suami barunya, yaitu Syekh Nurjati untuk membangun sebuah pondok pesantern yang bernama Pesambangan Jati. Pernikahan Syekh Datuk Kahfi dengan Hadijah dikaruniai seorang putri yang bernama Nyi Ageng Muara, yang kelak menikah dengan Ki Gede Krangken.
Syekh Datuk Kahfi juga leluhur dari raja-raja Sumedang karena merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang), penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat. Nama Kahfi yang menyertai namanya berasal dari bahasa Arab yang berarti gua. Karena tempat dia mengajar ilmu agama adalah di dalam gua.
Adapun para murid Syekh Datuk Kahfi diantaranya Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang; anak-anak dari Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Prabu Jaya Dewata - Siliwangi III, raja dari Kerajaan Pajajaran. Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah dan Sunan Kalijaga serta Syekh Siti Jenar juga murid dari Syekh Datuk Kahfi.
Konon karena kesaktiannya Puser Bumi Gunung Jati Cirebon merupakan tempat duduk Syekh Datuk Kahfi. Sehingga dari tempat duduknya terpancar sinar dari dalam bumi, menghadap permukaan tanah Pulau Jawa. Sinar itu menyoroti tempatnya duduk, dan berpendar ke seantero jagat. Sehingga Syekh Datuk Kahfi dikenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati atau Syekh Nurjati (Nur Ingkang Sejati). Sedangkan tempatnya duduk, kemudian dikenal sebagai Puser Bumi Gunung Jati.
Asal Muasal Puser Bumi Konon, menurut cerita dari Cirebon, Pulau Jawa sebelum ajaran Islam berkembang, adalah merupakan hutan rimba yang sangat angker. Penuh dengan rawa yang membanjir. Ditumbuhi banyak pepohonan besar dan semak belukar yang lebat. Pada suatu masa di zaman Nabi Isa, di salah satu puncak gunung, hiduplah seorang pertapa bernama Pendeta Bageral Banjir. Dipercaya bahwa gunung tersebut adalah Gunung Ciremai. Dan hanya pertapa sakti mandraguna pilihan Sanghyang yang dapat tinggal di puncak gunung ini.
Di Gunung Ciremai lah Sang Pendeta diyakini melakukan tapa demi meminta kepada Sanghyang Maha Tunggal supaya diberikan ilmu Wijihing Srandil dan kesempurnaan hidup. Lima belas tahun sudah Pendeta Bageral Banjir bertapa di puncak Gunung Ciremai.
Tak sia-sia, keinginannya dikabulkan oleh Sanghyang Maha Tunggal. Bersamaan dengan Raga Sukma, ilmu Wijihing Srandil merasuk ke tubuh Pendeta Bageral Banjir. Sang Pendeta langsung merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, dan akhirnya pingsan tak sadarkan diri. Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh Pendeta Bageral Banjir, Gunung Ciremai mendadak meletus dahsyat. Puncak Gunung Ciremai itu ambrol, terlepas, terpental melesat jauh ke angkasa dan akhirnya jatuh ke laut. Puncak Gunung Ciremai itu terombang-ambing di perairan laksana perahu dihantam ombak badai. Sementara itu, tubuh Pendeta Bageral Banjir telah raib. Hilang tanpa bekas, bak pindah ke dimensi lain. Sekian ratus tahun berlalu, Puncak Gunung Ciremai masih terombang-ambing di laut. Saat itu, datanglah seseorang yang diyakini sebagai Syekh Datuk Kahfi ke puncak gunung yang terombang-ambing itu. Memperhatikan dengan seksama, kemudian meyakini bahwa tempat inilah yang dicarinya. Itulah petilasan tempat bertapa Pendeta Bageral Banjir. Segera sang Syekh tersebut menuntaskan tapa yang pernah dilakukan Sang Pendeta. Dari tempat duduk tersebut lalu terpancar sinar dari dalam bumi, menghadap permukaan tanah Pulau Jawa. Sinar itu menyoroti tempatnya duduk, dan berpendar ke seantero jagat. Puncak gunung yang semula terombang-ambing di tengah laut, mendadak diam dan berubah menjadi tanah (daratan) biasa. Di tempat tersebut, didirikan rumah gubuk dan pemukiman. Kegiatannya di rumah gubuk ini, hanya beribadah. Syekh Datuk Kahfi yakin akan tempat yang dipilihnya ini. Orang ini selalu berdoa memohon petunjuk guna mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Tengah khusuk berdoa, tiba-tiba dikejutkan oleh suara tanpa rupa. Suara itu keluar dari pepohonan. Suara itu berkata bahwa tempat ini kelak akan menjadi tempat tujuan dan pusat (puser) berkembang-luasnya Agama Islam. Hal ini semakin memantapkan niatnya untuk tetap tinggal selamanya di tempat ini.
ULASAN
Mitos mengenai Puser Bumi di Gunung Jati Cirebon termasuk dalam Legenda. Cerita ini termasuk dalam jenis legenda keagamaan. Hal ini berdasarkan ciri-cirinya yaitu menurut para sejarawan Cirebon dan masyarakat Cirebon sendiri, cerita ini dianggap sungguh-sungguh terjadi. Cerita ini pun bukan termasuk dalam cerita fiksi (hayalan), melainkan cerita yang terjadi dalam dunia nyata serta tokoh utamanya ialah manusia yang dalam cerita ini dikisahkan seorang tokoh agama Islam yaitu Syeikh Datul Kahfi yang merupakan penyebar agama Islam di tanah Cirebon, sehingga cerita ini termasuk dalam legenda keagamaan. Cerita ini sudah berlangsung selama berabad-abad yang lalu, karenanya cerita ini mulai mengalami distorsi. Misalnya, ada penutur yang mengatakan bahwa yang menemukan gundukan tanah yang terombang ambing di laut adalah Syekh Datul Kahfi, tetapi penutur lain mengatakan bahwa yang menemukannya adalah Sunan Gunung Djati, sehingga hal ini melunturkan keaslian cerita yang sebenarnya dan membuat jauh berbeda dari cerita aslinya. Selain itu, yang membedakan legenda dengan cerita lainnya ialah dalam legenda terdapat bukti asli berupa tempat atau benda lainnya. Legenda puser bumi di Gunung Jati juga memiliki bukti aslinya ialah berupa lubang yang berada di komplek Pemakaman Sunan Gunung Djati di daerah Gunung Jati, Cirebon. Jadi, berdasarkan ciri-cirinya cerita ini lebih mengarah pada jenis legenda.
4. Pengertian Legenda, Mitos, dan Cerita Rakyat
4.1 LEGENDA
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Menurut Danandaja (2002) legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai “sejarah” kolektif, namun hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat cerita tersebut karena kelisanannya telah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda akan dijadikan bahan sejarah harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur folklornya. Moeis menyatakan legenda juga bukan semata-mata cerita hiburan, namun lebih dari itu dituturkan untuk mendidik manusia serta membekali mereka terhadap ancaman bahaya yang ada dalam lingkungan kebudayaan.
Legenda adalah cerita rakyat yang persediaannya paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah sehingga dikenal luas di daerah yang berlainan. Selain itu menurut Alan Dundes jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite dan dongeng. Hal ini disebabkan jika mite hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda mempunyai jumlah tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat, yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke daerah lain (migratory legends). Begitu juga bila dibandingkan dengan dongeng. Dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini kebanyakan versi dari dongeng yang telah ada bukan merupakan dongeng yang baru. Sedangkan legenda dapat tercipta yang baru.
Yus Rusyana (2000) mengemukakan beberapa ciri legenda, yaitu:
- Legenda merupakan cerita tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak dahulu.
- Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan lain-lain.
- Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu. Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah, juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.
- Hubungan tiap peristiwa dalam legenda menunjukan hubungan yang logis.
- Latar cerita terdiri dari latar tempat dan latar waktu. Latar tampat biasanya ada yang disebut secara jelas dan ada juga yang tidak. Sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu yang teralami dalam sejarah.
- Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam ruang dan waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.
Selanjutnya berbicara mengenai legenda tentunya kita tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai penggolongan legenda. Selama ini telah ada atau mungkin banyak ahli yang menggolongkan legenda, namun sampai kini belum ada kesatuan pendapat mengenai hal itu.
Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (2002) menggolongkan legenda menjadi empat kelompok yakni:
1.) Legenda Keagamaan
Legenda orang-orang suci (santo/santa) Nasrani, orang saleh, para wali penyebar agama Islam. Salah satu contoh misalnya cerita-cerita mengenai wali sanga di Jawa yang banyak sekali berkembang di masyarakat. Selain itu terdapat pula peninggalan mereka yang berupa makam atau disebut keramat. Mengenai legenda jenis ini bila kita perhatikan pengelompokan yang dilakukan oleh Rusyana dkk, salah satunya termasuk pada kelompok legenda keagamaan ini, yaitu legenda penyebaran agama Islam.
2.) Legenda Alam Gaib
Biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran takhyul atau kepercyaan rakyat. Legenda alam gaib ini berhubungan dengan kenyataan di luar dunia nyata namun ada di sekitar kita, misalnya tentang keberadaan makhluk gaib, hantu, setan ataupun tempat-tempat yang sekiranya memiliki keanehan tersendiri misalnya desa yang dapat menghilang dan sebagainya.
3.) Legenda Perseorangan
Legenda yang bercerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar terjadi. Legenda golongan ini bila kita cermati dan kita bandingkan dengan pengelompokan legenda menurut Rusyana dkk, maka termasuk pada kelompok yang kedua yaitu legenda pahlawan pembangunan masyarakat atau budaya. Keduanya disebut demikian dengan pertimbangan bahwa kedua kelompok tersebut bercerita mengenai tokoh atau orang yang telah melakukan sesuatu yang sampai sekarang masih dianggap kebenarannya oleh masyarakat.
4.) Legenda Setempat
Cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk tofografi, yakni bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. Legenda setempat ini merupakan golongan legenda yang paling banyak jumlahnya. Sebagaimana telah dikemukakan, hal yang terpenting bagi penelitian sejarah, tradisi lisan bukan kebenaran faktanya. Untuk mencari kebenaran faktanya sangatlah sulit, apalagi sumber-sumber tertulis, karena kemungkinan pada awal pertama kali ceriita-cerita itu dikenal di masyarakat, belum mengenal tradisi menulis. Bahkan cerita-cerita itu banyak dibumbui oleh hal-hal yang sepertinya sulit bisa masuk akal atau tidak rasional. Misalnya, tokoh Sangkuriang lahir dari seekor binatang.
Ciri-Ciri Legenda
Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
- Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
- Bersifat sekuler ( keduniawian ) terjadinya pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah manusia.
- Sejarah, kolektif maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
- Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah sehingga dikenal luas didaerah-daerah yang berbeda.
- Bersifat siklus yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai panji.
Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Begitu luasnya suatu mitos beredar di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya itu tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat.
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang di tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa dahulu. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya. Mengapa Mitos di Percaya? Sebab masyarakat beranggapan mitos sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental budaya kedaerahannya.
Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan. Mitos dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak tertimpa daerah.
Beberapa contoh mitos:
- Tertimpa cicak tandanya sial .
- Wanita tidak boleh duduk di depan pintu pamali .
- Jangan bersiul pada malam hari karena mengundang setan.
Demikian beberapa contoh-contoh mitos. Nenek moyang menganggapnya sebagai “pamali”. Sebagai orang yang beragama, khususnya Islam tidak boleh mempercayai ramalan atau semacamnya karena hidup dan mati berada di tangan Tuhan, bukan nenek moyang.
4.3 CERITA RAKYAT
Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya cerita rakyat ini mengisahkan mengenai suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia dan dewa.
Dalam cerita rakyat ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Disampaikan turun-temurun
- Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
- Kaya nilai-nilai luhur
- Bersifat tradisional
- Memiliki banyak versi dan variasi
- Mempunyai bentuk-bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapkannya
- Bersifat anonim artinya nama pengarang tidak ada
- Berkembang dari mulut ke mulut
- Cerita rakyat disampaikan secara lisan
- Jenis-Jenis Cerita Rakyat
1. Cerita Binatang
Cerita binatang ( fabel ) merupakan cerita yang tokoh-tokohnya berupa binatang dengan peran layaknya manusia. Binatang-binatang dapat berbicara makan minum dan berkeluarga sebagaimana layaknya manusia. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa fabel tidak semata-mata sebagai cerita binatang tetapi sebagai metamorphosis kehidupan manusia. Adapun maksud dari penggambaran melalui binatang ialah supaya kisah itu tidak sampai menyinggung orang yang mendengar atau membacanya.
2. Cerita Asal-Usul ( Legenda )
Secara garis besar cerita asal-usul terbagi ke dalam tiga jenis yaitu : Cerita Asal-Usul Dunia Tumbuh-Tumbuhan
Contoh :
1. Padi bermula daro Dewi Sri
2. Gadun beracun karena dipanah oleh pohon jagung menggunakan anak panah yang beracun.
3. Tandan jagung berlubang karena ditombak oleh pohon gandung.
4. Pohon mata lembu seperti rusak kulitnya karena melihat pertarungan antara pohon jagung dan pohon gadung terlalu dekat.
3. Cerita Asal-Usul Binatang.
Contoh :
1. Sapi bergelambir karena sewaktu ia mandi bajunya tertukar dengan baju kerbau yang besar.
2. Darah ikan mas memiliki warna darah seperti darah manusia karena asal mula ikan mas ialah manusia.
4. Cerita Asal-Usul Terjadinya Konon Tempat
Contoh :
1. Nama gunung tengger konon diambil dari sepasang suami istri yang bernama Rar Anteng dan Joko Seger.
2. Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara konon berasal dari perahu milik sangkuriang. Karena ia murka perahu itu ditendangnya hingga tertelungkup dan berubah menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.
5. Cerita Pelibur Lara
Cerita jenis ini disebut pelibur lara sebab fungsinya memang untuk menghibur hati. Dalam cerita ini dikisahkan hal-hal yang indah-indah, penuh fantasi dan impian yang menawan. Misalnya tentang kehidupan istana, keajaiban-keajaiban senjata keramat dan sakti, putrid yang cantik ataupu hal-hal lainnya yang menggambarkan keindahan dan kebahagiaan.
6. Cerita Jenaka
Karaya sastra klasik lainnya yang cukup terkenal ialah cerita jenaka seperti Pak Belalang. Lebai Malang, Lebai Malang menggambarkan orang yang karena keserakahannya justru selalu tidak memperoleh apa-apa.
Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Himalaya_(kucing), 12 Maret 2017.
- http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-cerita-rakyat-beserta-ciri-jenis-dan-contohnya/, 8 Maret 2017
- http://ulfamr.wordpress.com/2012/10/14/definisi-mitos-legenda-dan-cerita-rakyat/, 8 Maret 2017
- https://daerah.sindonews.com/read/1106941/29/syekh-nurjati-dan-legenda-puser-bumi-gunung-jati-1462703457, 6 Maret 2017


