Sabtu, 02 Juni 2018

Altered Perception dalam Social Network (Psikologi & Teknologi Internet)

Chintya Dwi Agustine Putri Kurniawan (11516585)
Yokhebed Adhita Yohana Bangun         (17516790)

Altered perception atau lebih dikenal dengan istilah alter ego sudah sering kita dengar. Istilah Alter ego dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘aku yang kedua’. Alter ego sering digunakan dalam cerita fiksi, komik, novel dan lain lain. Namun, Altered Perception atau Alter Ego sendiri tidak hanya dipakai dalam cerita-cerita buatan. Banyak orang atau para entertainer (artis) mempunyai Alter Ego nya masing-masing. Bahkan dalam social media sekalipun. Sebelum membahas lebih jauh, apakah anda tahu tentang Altered Perception atau Alter Ego?

Altered Perception adalah “it mimics a state of consciousness that resembles dreams. These altered an dream-like states of consciousness in cyberspace may account for why it is so attractive for some people. It might help explain some forms of computer and cyberspace addiction.”

Atau bisa dikatakan, Alter Ego adalah kondisi di mana seseorang membentuk karakter lain dalam dirinya secara sadar. Karakter lain ini sering kali merupakan gambaran ideal tentang dirinya, yang tidak bisa dia realisasikan dan hanya mampu ia idam-idamkan.

Alter Ego dalam dunia fiksi seperti;
  • Superman adalah alter ego dari Clark Kent
  • Batman adalah alter ego dari Bruce Wayne
  • Spider-Man adalah alter ego dari Peter Parker
Dalam dunia asli pun kita bisa mengetahui ada beberapa artis yang mengakui dirinya mempunyai alter ego, seperti;
  • Mimi adalah alter ego dari Mariah Carey 
  • Xtina adalah alter ego dari Christina Aguilera
  • Sasha Fierce adalah alter ego dari Beyonce
  • Lady Gaga adalah alter ego dari Stefani Germanotta
Altered perception atau alter ego berbeda dengan kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID). Dissociative identity disorder (DID) adalah kelainan di mana seseorang memiliki lebih dari satu identitas dalam satu tubuh. Seseorang dengan banyak identitas ini lebih cenderung untuk menyebut dirinya ‘kami’. Seseorang yang mempunyai kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID) akan menjadi lupa ingatan jika salah satu dari kepribadian nya yang lain muncul, karena ketika kepribadian lain yang muncul aksen bicara, memori, nama, usia, bahkan gender akan sangat berbeda dan perubahan yang terjadi akan secara total untuk beberapa waktu kedepan. Itulah mengapa jika kepribadian yang asli atau utama kembali, ia tidak akan mengingat apapun yang telah terjadi sebelumnya.

Berbeda dengan alter ego. Alter ego tidak mengakibatkan lupa ingatan ketika kepribadian yang lain nya muncul karena perubahan yang terjadi dilakukan secara sadar dan masih dalam wewenang kepribadian asli. Kepribadian asli dapat berubah menjadi alter ego jika dibutuhkan.

Pada zaman sekarang, dengan semakin pesatnya kemajuan internet, banyak orang memakai atau membuat second account sebagai ‘alter ego’ mereka. Bisa dikatakan, second account tidak berbahaya jika digunakan untuk hal-hal yang positif, namun jika second account dipakai untuk menyebarkan hal-hal yang berbau negatif, tentu bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Kenapa orang lebih memilih membuat second account sebagai ‘alter ego’ mereka? Karena hal tersebut menawarkan rasa aman atas terlindunginya identitas diri asli, sehingga sang pemilik merasa dapat melakukan apa saja di media sosial bahkan melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab. Second account bisa disebut sedang menciptakan alter ego diri yang mungkin di dunia nyata tidak pernah ditunjukkan kepada siapapun. Tanggapan orang lain, tuntutan masyarakat, rasa malu bisa melahirkan alter ego dalam bentuk second account yang bisa membuat kita bebas menjadi diri kita sendiri bahkan versi terburuk kita sekalipun. Fenomena second account ini bisa mengajarkan kita bahwa internet network atau social media bukan hanya sekedar tempat atau wadah untuk bersilaturahmi tapi juga tempat yang bisa membuat hal yang tidak disangka akan terjadi akibatnya.

Sumber:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/memiliki-alter-ego-normal-atau-tidak/ diakses pada 1 Juni 2018
https://annisaavianti.wordpress.com/2010/08/31/alter-ego/ diakses pada 1 Juni 2018 https://www.togetherwhatever.id/article/technohack/fenomena-second-account-bentuk-alter-ego-di-internet diakses pada 1 Juni 2018