Senin, 14 Mei 2018

Seberapa berbeda kah online dan offline personality anda? (Psikologi & Teknologi Internet)

Chintya Dwi Agustine Putri Kurniawan (11516585)
Yokhebed Adhita Yohana Bangun     (17516790)

Saat ini internet adalah hal yang selalu digunakan masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Selain untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaan, internet juga dapat menghubungkan satu orang dengan orang yang lain dalam tempat dan waktu yang berbeda. Dalam konteks ini adalah media sosial. Media sosial merupakan salah satu hal yang paling penting bagi manusia saat ini. Selain dapat berhubungan dengan orang yang berada sangat jauh, ada banyak manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya media sosial. Manfaat lainnya yaitu mendapat teman baru, sharing kegiatan sehari-hari, meng-upload foto-foto liburan, berjualan online, dan masih banyak lagi.
Penggunaan media sosial saat ini menjadi sebuah keharusan. Namun tidak hanya remaja, orang tua pun sudah mulai mengenal media sosial yang mungkin pada masanya belum pernah mereka rasakan. Tak hanya orang tua, anak-anak yang masih berusia dibawah 17 tahun pun ikut-ikutan eksis menggunakan media sosial.

Banyak hal positif yang mungkin didapatkan dari penggunaan media sosial, namun bukan berarti tidak terdapat dampak negatif di dalamnya. Setiap hari ada berjuta-juta foto yang diunggah ke media sosial. Tak jarang foto-foto yang diunggah pun sebelumnya telah melalui proses editing, seperti penggunaan filter misalnya. Dengan adanya banyak filter foto, banyak orang semakin membandingkan selfie mereka dengan orang lain. Padahal apa yang dibandingkan adalah belum tentu sesuatu yang nyata. Tak hanya untuk memoles wajah, fitur edit foto pun mampu menghilangkan jerawat, membuat pipi terlihat tirus, memancungkan hidung dan masih banyak lagi. Kemampuan itu terus dikembangkan, terutama oleh media sosial yang foto-sentris seperti Instagram atau Snapchat.
Faktanya, ada banyak penipuan penampilan di media sosial yang pengaruhnya terbawa ke kehidupan nyata. Mengambil, melihat, dan membagikan foto diri yang telah diedit membawa dampak terhadap bagaimana orang lain memandang diri kita. Berdasarkan data Pew Research Center, total ada 166 juta pengguna harian Snapchat, 41 persen diantaranya adalah remaja berusia 13 hingga 17 tahun (2015). Mereka suka menggunakan fasilitas filter pada Snapchat yang membuat mereka terlihat konyol dan bermain-main. Mulai dari filter mahkota bunga, telinga kelinci, hingga taburan hati. Filter lainnya juga merefleksikan kecantikan dalam standar digital. Seperti pemutih kulit, pewarna bibir, dan  filter lainnya yang membuat kita seolah menggunakan make-up.

Sementara Instagram memiliki 500 juta pengguna harian dan digunakan oleh sekitar 52 persen remaja berusia 13 hingga 17 tahun (2015). Instagram memiliki lebih dari 20 jenis filter yang bisa digunakan untuk mengedit foto. Kita bisa mengedit foto kita menjadi hitam-putih dan mengatur tingkat keterangannya, hingga bisa membuat seolah kita berfoto dengan latar belakang emas. Semua itu hanya dengan mengotak-atik filter di media sosial. Disadari atau tidak, unggahan di media sosial telah menjadi sarana kompetisi untuk terlihat lebih mewah, membandingkan liburan satu sama lain, memamerkan baju atau makanan, hingga menunjukkan pesona palsu foto mereka yang dipoles menggunakan filter.

Tidak semua orang mampu menyadari bahwa apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah gambaran kecil dari realita. Akibatnya, kita akan hidup dalam kesempurnaan semu yang coba diraih. Kita juga akan merasa rendah diri dan tidak puas dengan kehidupan yang dimiliki karena selalu membandingkannya dengan orang lain yang kita lihat di media sosial. Berpikir bahwa orang lain akan menyukai kita karna penampilan kita, atau menyukai kita karna kita terlihat keren sering berpergian dan makan makanan yang mewah, atau menyukai kita karna kita selalu up to date. Tanpa memperhitungkan bahwa sebenarnya diluar sana pun keadaan orang-orang yang kita lihat di media sosial sebenarnya bisa saja sama dengan kita atau mungkin tidak lebih baik dari kita.

Sumber:
Tashandra, N. 2018. Pesona palsu foto selfie yang diedit di media sosial. Jakarta : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar