Mengasuh, Membesarkan dan Mendidik anak merupakan suatu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh orangtua untuk membekali diri mereka dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan anak, karena kepribadian dan karakter seorang anak dipengaruhi oleh bagaimana cara orangtua mereka dulu mengasuhnya. Semua pola asuh baik yang terlalu kaku atau bebas akan mempengaruhi kepribadian anak nantinya.
Setiap keluarga pasti memiliki harapan dan keinginan
terhadap anaknya, sehingga segala cara diusahakan untuk mencapai hal tersebut.
Tapi terkadang cara yang ditempuh atau pola asuh yang diberikan terlalu
berlebihan.
Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anaknya bisa
dalam bentuk perlakuan fisik maupun
psikis yang tercermin dalam tutur kata,
sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan.
Secara umum, tipe pola asuh yang diberikan orangtua terhadap
anak ada 3, yaitu:
→ Pola asuh yang otoriter, ditandai dengan orangtua yang
melarang anaknya dengan mengorbankan kebebasan anak.
→ Pola asuh yang permisif, ditandai dengan adanya kebebasan
tanpa batas pada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginannya.
→ Pola asuh yang demokratis, biasanya ditandai dengan adanya
sikap terbuka antara orangtua dan anaknya.
Meskipun pada usia tertentu saat anak sudah memiliki teman
atau bisa bersosialisasi. Ada juga pengaruh dari lingkungan dan sosialnya, tapi
tak sebesar pengaruh yang diberikan oleh keluarga.
Dampak Kesalahan Pola Asuh Perkembangan Anak
1. Pola pikir
Perkembangan cara berpikir anak sangat tergantung pada pola
asuh yang diberikan orang tua. Apabila terjadi kesalahan dalam pola asuh maka
kemungkinan besar anak akan mengalami keterlambatan dalam berpikir dewasa atau
sebaliknya.
2 .Kepribadian
Pola asuh yang salah akan menjadi penyebab perkembangan
kepribadian anak menjadi sangat terlambat. Anak yang terlalu dimanjakan (salah
satu bentuk kesalahan pola asuh) akan cenderung takut mengambil keputusan
sendiri.
3. Emosi
Kematangan emosi anak juga akan sangat ditentukan oleh pola
asuh yang didapatkan. Oleh karena itu untuk mengajarkan anak dalam mengelola
emosi harus dimulai dengan memberikan pengasuhan yang tepat. Anak mudah marah,
mudah menangis, penakut, atau kondisi emosi negatif lain adalah buah dari
pengasuhan yang salah dalam lingkungan keluarga.
4. Pergaulan.
Bergaul dilingkungan sosial dengan teman sebaya membutuhkan
rasa percaya diri yang kuat dari anak. Apabila hal ini tidak ditunjang dengan
cara mengasuh yang tepat maka anak akan sulit bergaul dengan sebayanya.
5. Pengenalan konsep
Baik atau buruk, benar dan salah sebaiknya dikenal oleh anak
dalam lingkungan keluarga atau dalam pengasuhan. Proses pengasuhan bukan
sekedar menjaga anak agar terhindar dari bahaya secara fisik tetapi juga dalam
penalaran terhadap konsep.
Pada intinya, anak yang mengalami kesalahan pola asuh sejak kecil akan mengalami keterbelakangan dari segi kematangan secara psikologis dibandingkan dengan teman seusianya.
1. Perilaku yang patut dicontoh
Artinya, setiap perilaku orangtua tidak sekedar bersifat
mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilaku mereka akan
dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya. Oleh karena itu
pengaktualisasiannya harus senantiasa dirujukan pada ketaatan pada nilai-nilai
moral.
2. Kesadaran diri
Artinya, hal ini juga harus ditularkan pada anak-anaknya
dengan mendorong mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi
dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal tentang prilaku yang taat moral.
3. Komunikasi dialogis
Artinya, komunikasi yang terjadi antara orang tua dan
anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk
memecahkan permasalan, berkenaan dengan nilai-nilai moral. Dengan perkataan
lain orang tua telah mampu melakukan kontrol terhadap perilaku-perilaku
anak-anaknya.
4. Penataan lingkungan sosial
Artinya, hal ini dapat menghadirkan situasi kebersamaan
antara anak-anak dengan orang tua. Situasi kebersamaan merupakan sarat utama
bagi terciptanya penghayatan dan pertemuan makna antara orang tua dan
anak-anak.
5. Penataan lingkungan pendidikan
Artinya, hal ini akan semakin bermakna bagi anak jika mampu
menghadirkan suasana yang menarik dan mendorong kejiwaannya untuk mempelajari
nilai-nilai moral.
6. Penataan suasana psikologis
Artinya, semakin kokoh nilai-nilai moral secara transparan dijabarkan
dan diterjemahkan menjadi tatanan sosial dan budaya dalam kehidupan keluarga.
Inilah yang dinamakan penataan sosiobudaya dalam keluarga.
Dan pada intinya, setiap orangtua punya ciri khas sendiri
dalam mengasuh anaknya, jadi orang lain tidak punya hak untuk mengatakan apakah
hal itu benar atau salah. Meski demikian, tetap ada benang merahnya untuk
mengoptimalkan perkembangan anak dan normal-norma yang ada di masyarakat.
Untuk itu terkadang satu pola asuh yang berhasil diterapkan oleh sebuah keluarga belum tentu bisa diterapkan dengan baik oleh keluarga lainnya. Karena tiap keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
Sumber :
- http://erudisi.com/dampak-kesalahan-pola-asuh-anak/
- http://health.detik.com/read/2011/01/03/140103/1538082/775/salah-asuh-orangtua-bisa-jadi-masalah-anak-di-kemudian-hari
- http://dodypp.blogspot.co.id/2010/09/peran-dan-fungsi-orang-tua-dalam.html



Tidak ada komentar:
Posting Komentar